Belajar Dari Tanggap Bencana Di Osaka Jepang Oleh Anim Hadi Susanto Kepsek SMAN 1 Dolopo

2
3214

Bertahan Dalam Ancaman Dan Keterbatasan:Belajar Dari Tanggap Bencana Di Osaka


Oleh: Anim Hadi Susanto, M.Pd

Kepala SMAN 1 Dolopo Kabupaten Madiun

Osaka merupakan kota di negara jepang yang sangat rentan terhadap bencana alam,bencana gempa dan tsunami di Osaka bukanlah hal yang luar biasa lagi, tetapi sudah merupakan bencana rutin. Bencana tersebut bukan tidak membuat ketakutan dan kekhawatiran, tapi lebih pada strategi mengantisipasi dan menangani agar roda pemerintahan terus berjalan. 

Osaka pernah terjadi gempa tektonik yang terjadi  hari Senin 18 Juni 2018, pukul 07.58 waktu setempat memiliki magnitudo 6,1 SR. Episenter gempa ini terletak pada koordinat 34,833 Lintang Selatan dan 135,612 Bujur Timur di kawasan Takatsuki Osaka Utara pada kedalaman hiposenter 13 km. 

Guncangan gempa di Osaka tersebut dirasakan sangat kuat mencapai skala intensitas 6 (Japanese Seismic Intensity Scale). Ini menjadi gempa terkuat dan terhebat yang dirasakannya di Osaka Utara.

Osaka berlokasi di antara sabuk topan Pasifik dan Cincin Api itulah yang membuat Osaka sering diguncang gempa, tsunami, maupun gunung meletus. Kenyataan itu membuat pemerintah tidak tinggal diam. Mereka mempersiapkan segala infrastruktur yang tetap berdiri kokoh meski terus diterjang bencana. Osaka unggul dalam hal pencegahan maupun tanggap respon penanganan bencana. 

Memastikan infrastruktur maupun aset yang dibangun elastis saat bencana datang adalah strategi yang diterapkan. Di Osaka, jalan dan bangunan publik didesain agar air bisa mengalir secara efisien tanpa ada sumbatan. Selain itu, pertahanan pantai memungkinkan kota itu jauh dari gelombang badai. Arsitektur gedung itu telah memikirkan setiap bencana alam yang dihadapi. Aturan konstruksi yang merekabuat merupakan karya seni yang sarat teknologi.

Kunjungan di Kishiwada High School (KHC) dan Sakurazuka High School (SHC) Di Osaka, seakan meneropong sisi kehidupan yang tak pernah terbayangkan. Bagaimana mampu bertahan dan berprestasi dalam ancaman bencana alam yang setiap saat akan menimpa mereka. Siswa secara damai melaksanakan Pendidikan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dengan tenang dan nyaman. Kalau berbicara tentang prestasi, rasanya tak diragukan lagi output Pendidikan di sekolah ini. Setelah menempuh intra mulai pukul 08.00 sampai 16.20, siswa ikut kegiatan ekstrakurikuler tanpa terkecuali hingga pukul 18.30 malam. Luar biasa kurikulum di sekolah tersebut. Pendidikan kebencanaan menjadi salah satu bagian edukasi di sekolah ini. 

Rumah tahan gempa, alarm gempa, sampai pelatihan menghadapi gempa maupun tsunami, telah ditempuh Osaka untuk mengantisipasinya. Osaka telah memberikan panduan luas tentang cara bertahan hidup saat terjadi gempa atau tsunami, baik yang bertahan di mobil anti gempa, hingga rumah anti gempa yang bisa bertahan 100 tahun. Osaka juga telah membangun sistem gawat darurat ketika bencana besar terjadi posko pengungsian.

Setiap warga di Osaka telah menyiapkan ransel darurat untuk menyimpan barang-barang penting seperti obat-obatan, senter, makanan, selimut, hingga kebutuhan primer untuk jangka waktu satu minggu.

Lembaga pendidikan di wilayah pemerintahan Osaka diberi tanggungjawab memberikan edukasi tanggap bencana sejak TK tingga perguruan tinggi. Strategi yang digunakan variative dan menyesuaikan kemampuan serta kebutuhannya. di Sakurazuka Senior High School yang dipimpin Mr. Hiromi Nakata, bahwa pada masa pengenalan sekolah baru  diberikan pengenalan lingkungan sekolah diantaranya pengenalan jalur evakuasi manakala terjadi bencana alam. Sementara itu di Sakurazuka Senior High School tanda penunjuk arah jalur evakuasi menuju titik kumpul di selasar teras kelas yang bangunannya bertingkat hingga lantai empat, dan juga ada di dalam kelas. 

Praktik simulasi siswa baru terhadap bencana alam dilakukan seakan benar benar terjadi dan dialami saat itu. Dalam satu tahun minimal siswa di ajak melakukan praktik simulasi evakuasi akibat datang bencana alam sebanyak dua kali. 

SMA Sakurazuka yang berdiri sejak 1937 sekolah ini memiliki 18 jenis eksktrakurikuler cabang olah raga dan 14 ekstrakurikuler seni budaya. Sementara itu SMA Kishiwada berdiri semenjak tahun 1897 oleh Kementrian Pendidikan Jepang diberikan predikat Super Science High School dan menjadi sekolah yang visioner sebagai Global Leader High Schoolyang memiliki ekstrakurikuler khusus menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan membimbing dan melatih siswa melakukan natural aplication research. 

Dalam diskusi dijelaskan bahwa edukasi telah diterapkan di Osaka pada seluruh karyawan, maupun siswanya. Pembekalan itu untuk membekali mereka agar  tanggap gempa dan trusami sejak dini. Beberapa aturan standar, untuk menyelamatkan diri dari gempa saat siswa berada di sekolah.

  1. Saat gempa terjadi, janganlah  panik dan berlindunglah di bawah/kolong meja. Tujuannya, jika ada langit-langit yang runtuh, bagian kepala bisa terlindung. Saat ini bangunan di Osaka umumnya sudah dirancang sedemikian rupa untuk menghadapi gempa. Material yang digunakan bukan material yang berat tetapi memiliki kualitas yang kuat.
  2. Setelah keadaan mulai tenang (gempa berkurang), mulailah keluar kelas atau sekolah. 
  3. Jangan berbicara, berbicara akan mengakibatkan panik. 
  4. Jangan berlari, cukup berjalan saja, berjalan dengan tenang. Lari akan menyebabkan kepanikan, dalam keadaan panik, orang cenderung tidak bisa diatur.
  5. Jangan saling dorong.  Saat berjalan, tunggu giliran, supaya keadaan akan terkendali. Saling dorong akan menyebabkan perasaan kepanikan dan memicu kekacauan.
  6. Jangan kembali ke tempat semula. Tidak perlu memikirkan barang-barang yagn tertinggal di kelas atau di ruangan. 
  7. Saat sudah berada di tempat terbuka, duduk dengan tenang dengan posisi tangan menutup kepala, agar tidak terkena bebatuan maupun kerikil dan pasir.

Pemda di beberapa wilayah Osaka melakukan  inspeksi keamanan struktur bangunan untuk rumah warga sekitar. Beberapa kawasan pesisir juga telah memiliki  tsunami shelter  yakni tempat berlindung  dari tsunami yang juga dirancang tahan gempa. Sementara kawasan lain dilindungi menggunakan pintu banjir yang dirancang bisa menahan arus air yang dibawa tsunami. Beberapa strategi Inilah yang mengantar Osaka diakui banyak pihak termasuk negara kita,  sebagai salah satu negara yang paling siap menghadapi gempa bumi maupun bencana alam lain.

Pengawas program pendidikan bencana di Kamakura, mengatakan bahwa latihan berulang-ulang saat tidak ada bencana telah sukses membuat siswa bertindak cepat dan tertib dalam keadaan darurat. Tak lupa, anak-anak diajarkan agar tidak bergantung pada lokasi yang dipetakan semata, mengingat bencana bisa saja muncul dari mana saja tanpa bisa diprediksi.

Generasi anak-anak di Osaka akrab dengan latihan mitigasi bencana gempa bumi. Ketika alarm peringatan berbunyi, anak-anak di sekolah terbiasa mulai mencari tempat berlindung baik di kolong meja untuk melindungi diri dari reruntuhan. Latihan tersebut dilakukan setiap bulan.

Jika berada di luar ruangan, mereka diajarkan untuk segera lari ke tempat yang terbuka agar terhindar dari reruntuhan puing-puing bangunan dan fasilitas kota lainnya. Pihak Pemadam Kebakaran Jepang juga punya alat simulasi gempa. Tujuannya adalah membiasakan anak-anak sekolah merasakan sensasi gempa sehingga lebih peka mengambil langkah-langkah penyelamatan diri.

Dalam pendidikan mitigasi bencana di Osaka, nilai saling tolong menolong sangat diajarkan. Anak-anak diprioritaskan selama proses evakuasi, sehingga mereka bisa mentransfer pengetahuan kepada orang-orang di sekitarnya jika bencana kembali terjadi kelak. Menurut Katada, kebiasaan ini akhirnya menular dan berhasil menyelamatkan banyak nyawa. 

Berdasarkan situsnyaJMA memiliki 200 seismograf serta 600 alat meter intensitas seismik, ditambah lagi dengan 3.600 alat meter intensitas seismik yang dikelola pemerintah lokal bersama Institut Riset Nasional untuk Ilmu Bumi dan Pencegahan Bencana (NIED). Data yang dikumpulkan dari perangkat-perangkat tersebut kemudian dikelola oleh Sistem Pengamatan Fenomena Gempa Bumi (EPOS) yang berpusat di Tokyo. 

Betapa indahnya belajar dari pemerintah Osaka yang menjadikan gempa bukan momok yang harus dihindari, tetapi dihadapi dan dicarikan solusi.

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY