Kalimat itu saya dengar pertama kalinya saat pak Sujud, guru agama Islam saya saat masih bersekolah tingkat dasar era tahun 80-an. Beliau memang sering memberi nasihat-nasihat bijak yang masih saya ingat hingga saat ini, terutama kalimat di atas yang akhirnya saya tahu diambil dari sabda Rasulullah SAW (H.R. Bukhari).
Pak Sujud telah sedo beberapa tahun yang lalu, tetapi kebiasaan-kebiasaan baik beliau sebagai guru masih melekat di ingatan saya. Menjelang hari raya Idul Fitri selalu dimeriahkan dengan takbir keliling seluruh murid kelas 4, 5 dan 6 membawa oncor (lampu berbahan bakar minyak tanah di dalam sepotong bambu dan diberi sumbatan kain pada ujung atasnya sekaligus sebagai sumbu yang dibakar), berjalan keliling dusun. Setiap pelajaran agama, didahului dengan salat Dhuha berjamaah. Sungguh tenteram jika berada di dekat beliau.
Saat perkenalan pertama di kelas, beliau memanggil nama-nama kami satu kelas berdasar urutan daftar hadir. Setiap nama kami, selalu diterjemahkan artinya oleh beliau. Nama pak Sujud menurut beliau, diberikan oleh kedua orangtuanya dengan harapan agar selalu bersujud, ingat kepada Alloh, tidak pernah meninggalkan salat 5 waktu. Pak Sujud selalu mengingatkan kepada kita sebagai murid-muridnya kala itu untuk taat dan patuh kepada orangtua, ibu dan bapak. Tahun 1986 saat saya lulus SD, beliau sekali lagi mengingatkan, “Apapun cita-citamu kelak, apapun pekerjaanmu nantinya, yang paling penting adalah kamu bisa bermanfaat bagi orang lain.”
Sebuah profil seorang guru yang patut digugu dan ditiru. Tidak pernah ada ucapan dengan nada tinggi yang pernah saya dengar, semua kalimat diucapkan dengan santun walau kepada kita sebagai muridnya. Saya dan teman-teman selalu diam, tenang di dalam kelas saat pak Sujud memberikan materinya, bukan karena takut, bukan karena dibentak, tetapi kepatuhan karena memang kita membutuhkan.
Hingga saat ini, saya belum bisa melaksanakan amanat beliau secara utuh, jadilah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Tetapi saya akan terus berusaha dan berusaha untuk menjadi manusia yang berguna untuk orang lain. Minimal orang lain tidak terganggu dengan kehadiran saya di sekitar mereka.
Sebagai seorang guru, saya akan mencontoh kebiasaan-kebiasaan baik pak Sujud, guru SD saya, walau keadaan zaman telah berbeda. Anak zaman sekarang sudah banyak dipengaruhi oleh tata pergaulan yang lebih bebas, bisa mengakses informasi dengan sangat mudahnya dari HP masing-masing tanpa bisa kita awasi terus menerus. Hanya kesadaran pribadilah yang bisa menjadi firewall (istilah dalam bidang TIK yang artinya adalah sistem keamanan jaringan komputer yang mampu melindungi dari serangan virus, malware, spam, dan serangan jenis yang lainnya) dari serangan-serangan informasi yang setiap saat bisa didapatkan dengan sangat mudah.
Apalagi saat ini pandemi Covid-19 masih jauh dari kata selesai, pembelajaran sebagian masih dilakukan dari rumah. Guru sebatas bertemu dengan peserta didiknya dalam tatap maya beberapa menit saja. Tidak akan cukup untuk memberikan pembelajaran secara maksimal. Peserta didik tidak begitu mengenal gurunya, apalagi gurunya yang harus mengajar puluhan bahkan ratusan peserta didiknya.
Hari ini, 25 November 2021, memperingati Hari Guru Nasional bertema Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan. Mari kita gerakkan hati kita karena semua niat berasal dari hati. Dengan hati yang bergerak, bergerak pula anggota tubuh lainnya. Saya mengajak diri saya sendiri untuk selalu bergerak dan berinovasi supaya dapat dirasakan manfaatnya untuk orang lain. Tak lupa selalu bersujud, mumpung kita masih diberi waktu.
Terimakasih pak Sujud
Terimakasih bapak ibu guruku semuanya
Panjenengan semua adalah sebaik-baiknya manusia karena sangat bermanfaat bagi saya dan tentunya murid-murid lainnya sebelum dan sesudah saya yang jumlahnya tak terhitung lagi
Semoga surga Alloh menanti panjenengan semuanya
Amin